Pemerintah dalam waktu dekat akan meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang baru untuk 2025-2034. Tak cuma pembangkit, dalam RUPTL itu juga akan digencarkan mengenai pembangunan transmisi listrik.
“Kami tambahkan juga bahwa pengembangan transmisi untuk 10 tahun ke depan juga sangat masif,” tegasnya dalam acara Peresmian PLTA Jatigede Sumedang, Jawa Barat, disiarkan daring, Senin (20/1/2025).
Kelak, dalam RUPTL 2025-2034 akan lebih didominasi oleh pembangkit yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Nah, karena sumber EBT berada dipelosok-pelosok Indonesia, maka dibutuhkan jaringan transmisi yang lebih banyak.
“Sebelumnya pengembangan transmisi belum optimal sehingga potensi EBT yang umumnya jauh dari pusat beban menjadi sulit dibangun,” tambahnya.
Sementara itu, dalam kurun waktu 10 tahun itu, Indonesia akan menambah kapasitas listrik hingga 71 Giga Watt (GW) yang direncanakan akan diberikan 60% proyeknya pada pihak swasta.
“Kami juga laporkan bahwa sesuai arahan Bapak Presiden, kami mendorong pembangkit baru yang dikembangkan akan diberikan porsi yang besar kepada swasta, IPP (Independent Power Producer). Jadi 71 GW itu porsi yang paling besar kurang lebih sekitar 60%,” bebernya dalam acara Peresmian PLTA Jatigede Sumedang, Jawa Barat, disiarkan daring, Senin (20/1/2025).
Meski akan diberikan ke pihak swasta, Bahlil menegaskan, bahwa pemerintah akan selektif memiliki investor swasta tersebut, khusus yang kredibel dan tidak akan membuat gerakan tambahan di luar kebijakan pemerintah.
“Kita akan serahkan kepada swasta. Tapi swasta yang kredibel, swasta yang sejalan dengan pemerintah bukan swasta yang membuat gerakan tambahan di luar apa yang dilakukan oleh pemerintah,” katanya.