Seorang pendiri perusahaan perdagangan minyak asal Singapura, Lim Oon Kuin atau yang dikenal sebagai O.K. Lim dijatuhi hukuman pada 18 November 2024 silam. Lim menjadi tersangka dalam salah satu skandal penipuan paling besar di Singapura.
Akibat skandal tersebut, raksasa perbankan HSBC harus merugi lantaran kehilangan jutaan dolar Amerika Serikat (AS).
Lim Oon Kuin sebenarnya telah diseret ke jalur hukum sejak Mei 2024 karena sudah merusak reputasi Singapura sebagai salah satu pusat perdagangan minyak terkemuka di Asia.
Lim memiliki perusahaan bernama Hin Leong Trading. Perusahaan ini merupakan salah satu raksasa perdagangan minyak terbesar di Asia, sebelum akhirnya tumbang pada 2020 silam.
Merujuk laporan AFP, terdapat 130 tuntutan pidana yang menjerat Lim Oon Kuin dengan melibatkan dana ratusan juta dollar AS. Walau begitu, jaksa penuntut hanya menghukum Lim atas tiga tuntutan saja. Dua tuntutan terkait penipuan terhadap HSBC dan satu tuntutan karena mendorong seorang eksekutif Hin Leong Trading untuk memalsukan dokumen.
“Dia menipu HSBC agar mencairkan hampir US$ 112 juta (sekitar Rp 1,7 triliun) dengan memberi tahu bank bahwa perusahaannya telah menandatangani kontrak penjualan minyak dengan dua perusahaan,” kata jaksa penuntut umum, dikutip Minggu (29/12/2024).
Jaksa penuntut umum juga menyatakan, transaksi tersebut merupakan rekayasa yang dibuat atas arahan terdakwa yaitu Lim.
“Kasus ini mencoreng reputasi Singapura yang diperoleh dengan susah payah sebagai pusat perdagangan minyak terkemuka di Asia,” imbuh sang jaksa.
Lantas, bagaimana skandal ini bermula?
Sebagai informasi, Hin Leong Trading mulai beroperasi sejak 1965. Perusahaan ini tumbuh menjadi pemasok utama bahan bakar yang digunakan oleh kapal. Bisnis Hin Leong Trading tumbuh sejalan dengan transformasi signifikan Singapura dari sebuah negara pelabuhan yang tertinggal menjadi pusat keuangan global yang maju.
Hin Leong Trading berperan penting dalam membantu Singapura menjadi pusat pelabuhan pengisian bahan bakar kapal teratas di dunia. Hin Leong Trading pun berkembang menjadi perusahaan penyewaan dan pengelolaan kapal terkemuka, di mana anak perusahaannya telah memiliki armada lebih dari 150 kapal.
Namun, masalah besar muncul ketika pandemi Covid-19 yang kemudian menjerumuskan pasar minyak bumi ke dalam kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di periode inilah masalah keuangan di Hin Leong Trading mulai terungkap ke publik. Lim Oon Kuin mencoba mencari perlindungan pengadilan dari para kreditor.
Dalam sebuah pernyataan tertulis tahun 2020, Lim mengungkapkan bahwa Hin Leong Trading sebenarnya tidak mampu menghasilkan laba dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat perusahaan tersebut melaporkan neraca keuangan yang sehat pada tahun 2019.
Lim mengakui, perusahaan yang ia dirikan setelah beremigrasi dari China daratan ini telah menyembunyikan kerugian sebesar US$ 800 juta selama bertahun-tahun. Lebih parah lagi, Hin Leong Trading juga berutang hampir US$ 4 miliar kepada bank.
Lim Oon Kuin pun bertanggung jawab atas perintah untuk tidak melaporkan kerugian Hin Leong Trading. Ia mengakui telah menjual persediaan yang dimiliki perusahaan yang mana hal itu seharusnya digunakan untuk mendukung pinjaman.
Berdasarkan laporan Forbes, Hin Leong Trading telah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan April 2020, sehingga membuat kekayaan bersih perusahaan berada di bawah US$ 1 miliar. Lim juga mengungkapkan bahwa Hin Leong Trading mengalami kerugian sebesar US$800 juta yang sebelumnya tidak diumumkan secara resmi ke publik.
Sebagai catatan, Lim mendirikan Hin Leong Trading pada tahun 1963 saat dia berusia 20 tahun. Awalnya, perusahaan ini bergerak dengan modal berupa sebuah truk yang mengantarkan solar ke para nelayan dan produsen listrik kecil di pedesaan.
Anak perusahaan Hin Leong Trading, yakni Ocean Tankers, memiliki armada lebih dari 130 kapal tanker dan dijalankan oleh putra Lim, Evan. Selain itu, Lim juga memiliki unit penyimpanan minyak Universal Terminal dengan PetroChina.