Samuel Wattimena ajak pemda beri ruang bagi seniman muda

Samuel Wattimena ajak pemda beri ruang bagi seniman muda

Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena mengajak pemerintah daerah memberikan ruang bagi para seniman muda untuk berkreasi dan berekspresi.

“Kalau saya boleh memberikan masukan kepada pemerintah daerah, para pemberi keputusan, atau para birokrat, kasih ruang dong buat mereka (seniman muda, red.),” katanya, di Semarang, Jumat malam.

Hal tersebut disampaikannya saat mengunjungi pameran seni bunyi bertajuk “Sem(B)arang” yang digelar Komunitas Miarsa di Gedung Monod Diephuis & Co di kawasan Kota Lama Semarang.

Ia mengapresiasi kreativitas seniman yang tergabung dalam Komunitas Ruang Miarsa yang menggelar pameran dengan menghadirkan beragam suara yang unik.

“Karena buat Semarang ini penting sekali diberikan ruang, ya, untuk bisa muncul yang gini-gini, dan kayak sekarang kita datang di sini kan belum terlalu banyak yang terinformasi bahwa ada keunikan ini,” katanya.

Artinya, kata dia, pemerintah, seniman, dan para pemangku kebijakan terkait harus saling bekerja sama dalam memberikan ruang berkreasi dan berekspresi untuk mewadahi para seniman muda.

“Komunikasi, koordinasi, konsolidasi, kolaborasi. Ini yang menurut saya memang masih menjadi barang langka di semua sisi. Masing-masing masih berjalan sendiri-sendiri,” katanya.

Berkaitan dengan pameran itu, Samuel melihatnya sebagai sesuai yang baru karena selama ini pameran lebih banyak menonjolkan visual, sedangkan kali ini audio-visual.

“Yang unik dari pameran ini, mereka itu menghadirkan bukan pameran visual tapi pameran audio visual. Jadi bunyi-bunyian. Judulnya sem(b)arang. Ya, sembarang yang mana setiap orang boleh mencoba atau tadi ada alat yang sudah mereka bikin yang menghasilkan suara,” katanya.

Samuel berharap para seniman muda itu terus mengeksplorasi hal-hal baru untuk berkesenian, termasuk seni bunyi yang mereka pamerkan saat ini.

“Jangan berhenti hanya di pameran ini. Terus menggali, yang ini jangan ditinggalin dulu karena masih sangat bisa dieksplor ya, tapi pada saat bersamaan muncul lagi dong hal-hal baru,” katanya.

Sementara itu, Galuh Nadhita, salah satu seniman yang tergabung dalam Ruang Miarsa menjelaskan bahwa komunitas yang beranggotakan tujuh orang itu memang berbasis bunyi atau seni suara.

“Ide awalnya (pameran, red.) ini sebenarnya berangkat dari pengarsipan. kami berharap ini dapat menjadi sebuah arsip yang bisa digunakan di masa depan,” katanya.

Suara atau bunyi yang akrab di telinga sekarang ini, seperti suara sepeda motor hingga suara orang menyapu, kata dia, mungkin saja tidak bisa didengar lagi di masa depan.

“Mungkin di masa depan sudah ada mobil terbang kayak di film Doraemon. Kemudian, sekarang juga sudah ada mesin penyaluran. Dinosaurus saja bisa punah, barangkali bunyi-bunyian juga bisa punah,” katanya.

kera4d daftar