Tarik Pembiayaan Anggaran Berlebih, APBN 2024 Tersisa Rp 45,4 T

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan Konferensi Pers APBN 2024. (Tangkapan Layar Youtube  Ministry of Finance Republic of Indonesia)

Pembiayaan anggaran dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 lebih tinggi ketimbang target yang dirancang untuk keseluruhan tahun ini.

Total pembiayaan anggaran sepanjang tahun ini realisasinya sebesar Rp 553,2 triliun, yang terdiri dari pembiayaan utang senilai Rp 556,6 triliun dikurangi pembiayaan non utang yang minus Rp 3,4 triliun.

Namun, pembiayaan anggaran itu lebih tinggi Rp 30,4 triliun dari target tahun ini yang senilai Rp 522,8 triliun, terdiri dari anggaran pembiayaan utang yang targetnya sebarnya Rp 648,1 triliun sedangkan pembiayaan non utang minus Rp 125,3 triliun.

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengatakan, dari sisi pembiayaan utang maka mengalami penurunan dari target awal senilai Rp 91,5 triliun, karena dari Rp 648,1 triliun dan Rp 556,6 triliun.

“Pembiayaan utang berhasil turun, lebih rendah sebesar Rp 91,5 triliun,” kata Thomas saat konferensi pers di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

Thomas menjelaskan, turunnya realisasi pembiayaan utang itu disebabkan dukungan pengelolaan pembiayaan utang yang terukur didukung pembiayaan non utang yang lebih produktif dan efektif.

Namun, naiknya pembiayaan anggaran itu terjadi tatkala defisit APBN 2024 realisasinya malah turun dari target Rp 522,8 triliun menjadi hanya Rp 507,8 triliun. Meski persentase terhadap PDB nya sama-sama 2,29% antara target dan realisasi.

Kondisi ini yang pada akhirnya membuat realisasi APBN 2024 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran atau SiLPA 2024 menjadi sebesar Rp 45,4 triliun, karena pembiayaan anggaran realisasinya Rp 553,2 triliun sedangkan defisit APBN hanya terealisasi Rp 507,8 triliun.

“Dengan pengelolaan anggaran yang efisien, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran atau SiLPA berhasil mencapai Rp 45,4 triliun. SiLPA ini akan menjadi bantalan yang penting dalam memperkuat buffer fiskal di APBN 2025, memberi ruang lebih luas untuk menghadapi berbagai dinamika yang bisa terjadi di 2025,” kata Thomas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*